SALAFIYAH SAFI'IYAH SUKOREJO


 Pesantren yang dirintis pada tahun 1908 di Sukorejo ini, pada awalnya adalah sebuah hutan lebat. Setelah mendapat saran dari Habib Musawa dan Kiai Asadullah dari Semarang, Kiai Syamsul Arifin, sebagai pendiri pondok, segera membabat hutan lebat tersebut sekitar tahun 1908 untuk mendirikan pesantren. Dipilihnya hutan yang banyak dihuni binatang buas tersebut, berdasarkan hasil istikharah . Kini pesantren tersebut telah menjadi agen pembangunan bagi masyarakat sekitarnya. Sosoknya tidak seperti "menara gading", tetapi justru terbuka dan menyatu dengan masyarakat sekitarnya. Tak heran, kalau masyarakat Situbondo merasakan manfaat atas kehadiran pondok pesantren ini.
Banyak cerita yang mengisahkan pesantren yang memiliki santri 15.000 orang ini. Kiai Syamsul, setelah berhasil mendirikan pondok di tengah hutan Desa Sukorejo mulai banyak didatangi orang. Tanpa dirancang dengan tata ruang, hutan yang semula menyelimuti desa tersebut, mulai dipadati rumah penduduk hingga seperti sekarang ini.
Kiai Syamsul memang terus sibuk membesarkan pondoknya. Namun sebagai kiai yang memiliki visi ke depan, ia juga mengirim kedua anaknya, masing-masing As'ad dan Abdurrahman ke Mekkah Saudi Arabia , untuk mendalami ilmu agama. Hal ini dilakukan karena Kiai Syamsul menginginkan anaknya kelak harus melanjutkan kepemimpinan pondok pesantren.
Kiai As'ad yang menjadi ulama kharismatik sekembalinya ke tanah air, punya andil besar dalam lahirnya Nahdlatul Ulama (NU), sebuah organisasi keagamaan terbesar di Indonesia . Ia terkenal dengan sebutan "mediator" berdirinya NU. Karena saat itu, ia yang menyampaikan isyarat samawiyah tentang organisasi para ulama itu dari Kiai Kholil Bangkalan kepada Kiai Hasyim Asy'ari Jombang. Setelah menggantikan kepemimpinan ayahnya yang meninggal tahun 1951, ia pernah menjadi anggota Konstituante.
Di bawah kepemimpinan Kiai As'ad, Pondok Pesantren Salafiyah Syafiiyah mengalami perkembangan sangat cepat jika dibanding dengan pondok-pondok yang lain di wilayah Jawa Timur. Sepeninggal Kiai As'ad (1990), kepemimpinan pondok dipegang putranya, KHR Achmad Fawaid. Ia tampil memimpin pondok pada usia 22 tahun. Banyak pihak mengira, sepeninggal Kiai As'ad, Pesantren Sukorejo, sebutan populernya, akan sulit menyerap santri baru. Namun kekhawatiran itu ternyata tidak terbukti. Di bawah kepemimpinan kiai muda ini, ternyata Pesantren Sukorejo terus meroket dengan jumlah santri terus membengkak. Kalau pada zaman Kiai As'ad jumlah santri Salafiyah cuma 5.000 orang pada kepemimpinan Kiai Fawaid membengkak menjadi 15.000 orang.
Pada saat memegang tampuk kepemimpinan pondok, Kiai Fawaid memang masih sangat belia untuk ukuran sebuah pesantren sebesar Sukorejo. Namun kerja kerasnya membuat perkembangan pondok ini jauh melebihi perkiraan orang. Kiai yang selalu berpenampilan rendah diri ini, tak pernah terbawa emosi dalam memimpin pesantren warisan ayahnya.
Ketika Kiai As'ad Syamsul Arifin masih hidup, anak lelaki satu-satunya ini banyak dititipkan kepada kiai besar NU. Maksudnya, tak lain agar ia banyak berguru pada berbagai kiai yang memiliki gaya maupun cara yang berbeda-beda dalam mengelola pesantren. "Bagaimana pun, saya tidak akan jauh dari tuntunan Aba ," kata Kiai Fawaid suatu ketika.
Kiai As'ad Syamsul Arifin yang pernah menjadi mustasyar PBNU selalu mengungkapkan, "NU itu adalah pesantren besar dan pesantren adalah NU kecil." Dengan kata lain, pesantren adalah ciri khas ke-NU-an yang ditandai dengan adanya lembaga, kiai, dan santri plus kitab-kitab kuning. Adalah gagasan dari sang kiai ini pula agar Munas dan Muktamar ke-27 NU (1984) diselenggarakan di pesantren Kiai As'ad di Sukorejo Situbondo Jawa Timur. Kemudian, diharapkan Munas dan Muktamar selanjutnya sebisanya diadakan di lingkungan pondok pesantren.
Kiai As'ad berkeyakinan, NU itu sendiri adalah ikatan ulama dan kiai pondok. "Ironis sekali bila orang memimpin NU tapi tak pernah menjadi santri, apalagi kiai," katanya pada suatu ketika. Dan memang, tumbuhnya sebagian besar pondok di negeri ini dapat dikatakan seirama dengan lahirnya ikatan ulama ahlussunnah waljamaah , yang kemudian mendirikan Nahdlatul Ulama itu. Salah satunya adalah Pondok Pesantren Salafiyah Syafi'iyah di Situbondo Jawa Timur

Read more


IKSASS SUKOREJO


TENTANG IKSASS

  1. PROFIL
Ikatan Santri Salafiyah Syafi’iyah (IKSASS) yang didirikan dan dideklarasikan pada tanggal 1 Maret 1988 dan ditetapkan oleh pimpinan/ pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo Situbondo (KHR.As’ad Syamsul Arifin) yang tertuang dalam surat keputusan nomor: 55/08A.1/X/1998 pada tanggal 01 Oktober 1988. Tujuan didirikannya organisasi IKSASS selain untuk mengakomodir dan mengorganisir seluruh santri di seluruh nusantara juga membantu merealisasikan program pesantren. Program Pondok Pesantren tersebut tidak hanya pada aspek pendidikan dan penguatan sumber daya manusia, akan tetapi juga  bergerak dalam bidang pelayanan, pengabdian, dan pemberdayaan.
IKSASS adalah suatu organisasi yang berasas pancasila, sampai saat ini masih eksis dalam pelaksanaan program-program pengkaderan juga komitmen pada bidang pengabdian masyarakat, kemanusiaan, kebangsaan, dan keagamaan yang komprehensif dan diaktualisasikan serta diimplementasikan untuk membangun masyarakat yang agamis, adil, sejahtera, dan demokratis.
IKSASS sebagai organisasi formal tentu mempunyai aturan (AD/ ART, GBPKI, system pengkaderan) sebagai pijakan dalam merealisasikan program kerja IKSASS. Aturan-aturan tetap akan disesuaikan dengan perkembangan zaman baik internal maupun eksternal. Perubahan-perubahan peraturan tersebut dilaksanakan pada setiap permusyawaratan IKSASS yaitu Musyawarah Besar (MUBES) yang melibatkan seluruh pengurus Rayon IKSASS, Sub Rayon, dan element lain yang berbasis Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah.

Read more


PONDOK PESANTREN SALAFIYAH SYAFI'IYAH SUKOREJO

SEJARAH PONDOK

Pesantren yang berdiri di Sukorejo ini, pada awalnya adalah sebuah hutan lebat. Setelah mendapat saran dari Habib Musawa dan Kiai Asadullah dari Semarang, Kiai Syamsul Arifin, sebagai pendiri pondok, segera membabat hutan lebat tersebut sekitar tahun 1908 untuk mendirikan pesantren. Dipilihnya hutan yang banyak dihuni binatang buas tersebut, berdasarkan hasil istikharah . Kini pesantren tersebut telah menjadi agen pembangunan bagi masyarakat sekitarnya. Sosoknya tidak seperti œmenara gadingâ, tetapi justru terbuka dan menyatu dengan masyarakat sekitarnya. Tak heran, kalau masyarakat Situbondo merasakan manfaat atas kehadiran pondok pesantren ini.

Banyak cerita yang mengisahkan pesantren yang memiliki santri 15.000 orang ini. Kiai Syamsul, setelah berhasil mendirikan pondok di tengah hutan Desa Sukorejo mulai banyak didatangi orang. Tanpa dirancang dengan tata ruang, hutan yang semula menyelimuti desa tersebut, mulai dipadati rumah penduduk hingga seperti sekarang ini.

Kiai Syamsul memang terus sibuk membesarkan pondoknya. Namun sebagai kiai yang memiliki visi ke depan, ia juga mengirim kedua anaknya, masing-masing As'ad dan Abdurrahman ke Mekkah Saudi Arabia , untuk mendalami ilmu agama. Hal ini dilakukan karena Kiai Syamsul menginginkan anaknya kelak harus melanjutkan kepemimpinan pondok pesantren.

Kiai As'ad yang menjadi ulama kharismatik sekembalinya ke tanah air, punya andil besar dalam lahirnya Nahdlatul Ulama (NU), sebuah organisasi keagamaan terbesar di Indonesia . Ia terkenal dengan sebutan œmediator berdirinya NU. Karena saat itu, ia yang menyampaikan isyarat samawiyah tentang organisasi para ulama itu dari Kiai Kholil Bangkalan kepada Kiai Hasyim Asy'ari Jombang. Setelah menggantikan kepemimpinan ayahnya yang meninggal tahun 1951, ia pernah menjadi anggota Konstituante.

Di bawah kepemimpinan Kiai As'ad, Pondok Pesantren Salafiyah Syafiiyah mengalami perkembangan sangat cepat jika dibanding dengan pondok-pondok yang lain di wilayah Jawa Timur. Sepeninggal Kiai As'ad (1990), kepemimpinan pondok dipegang putranya, KHR Achmad Fawaid. Ia tampil memimpin pondok pada usia 22 tahun. Banyak pihak mengira, sepeninggal Kiai As'ad, Pesantren Sukorejo, sebutan populernya, akan sulit menyerap santri baru. Namun kekhawatiran itu ternyata tidak terbukti. Di bawah kepemimpinan kiai muda ini, ternyata Pesantren Sukorejo terus meroket dengan jumlah santri terus membengkak. Kalau pada zaman Kiai As'ad jumlah santri Salafiyah cuma 5.000 orang pada kepemimpinan Kiai Fawaid membengkak menjadi 15.000 orang.

Pada saat memegang tampuk kepemimpinan pondok, Kiai Fawaid memang masih sangat belia untuk ukuran sebuah pesantren sebesar Sukorejo. Namun kerja kerasnya membuat perkembangan pondok ini jauh melebihi perkiraan orang. Kiai yang selalu berpenampilan rendah diri ini, tak pernah terbawa emosi dalam memimpin pesantren warisan ayahnya.

Ketika Kiai As'ad Syamsul Arifin masih hidup, anak lelaki satu-satunya ini banyak dititipkan kepada kiai besar NU. Maksudnya, tak lain agar ia banyak berguru pada berbagai kiai yang memiliki gaya maupun cara yang berbeda-beda dalam mengelola pesantren. Bagaimana pun, saya tidak akan jauh dari tuntunan Aba kata Kiai Fawaid suatu ketika.

Kiai As'ad Syamsul Arifin yang pernah menjadi mustasyar PBNU selalu mengungkapkan, itu adalah pesantren besar dan pesantren adalah NU kecil. Dengan kata lain, pesantren adalah ciri khas ke-NU-an yang ditandai dengan adanya lembaga, kiai, dan santri plus kitab-kitab kuning. Adalah gagasan dari sang kiai ini pula agar Munas dan Muktamar ke-27 NU (1984) diselenggarakan di pesantren Kiai As'ad di Sukorejo Situbondo Jawa Timur. Kemudian, diharapkan Munas dan Muktamar selanjutnya sebisanya diadakan di lingkungan pondok pesantren.

Kiai As'ad berkeyakinan, NU itu sendiri adalah ikatan ulama dan kiai pondok. Ironis sekali bila orang memimpin NU tapi tak pernah menjadi santri, apalagi kiai, katanya pada suatu ketika. Dan memang, tumbuhnya sebagian besar pondok di negeri ini dapat dikatakan seirama dengan lahirnya ikatan ulama ahlussunnah waljamaah , yang kemudian mendirikan Nahdlatul Ulama itu. Salah satunya adalah Pondok Pesantren Salafiyah Syafi'iyah di Situbondo Jawa Timur.

Penataan Manajemen

Setelah menggantikan ayahnya mengasuh Pesantren Sukorejo, Kiai Fawaid segera membenahi sistem manajemen pondok sesuai dengan tuntutan zaman. Di antara kebijakan yang diterapkan adalah menerapkan manajemen terbuka. Hal ini terlihat dari penunjukan sejumlah santri yang berprestasi untuk memegang posisi penting di kepengurusan pesantren dan lembaga pendidikan yang ada.

Hasilnya, dalam beberapa tahun terakhir ini, pendidikan Pesantren Salafiyah terus berkembang. Sebagai misal, Ma'had Aly li al- Ulum al-Islamiyah Qism al-Fiqh atau yang lebih dikenal dengan sebutan Ma'had Aly, sebuah lembaga pasca pesantren yang menitikberatkan pada kajian ilmu-ilmu fiqh, berkembang di tangan kiai muda ini. Begitu pula, bangunan fisik pesantren juga mengalami kemajuan yang cukup signifikan. Begitu juga sistem pendidikan berbasisi kompetensi juga mulai diterapkan di pesantren ini.

Pendidikan tinggi yang ada di pesantren ini menyerap sekitar 2.500 mahasiswa. Ada tiga fakultas di bawah naungan Institut Agama Islam Ibrahimy (IAII), yakni Fakultas Tarbiyah, Syariah, dan Dakwah. Di samping itu ada dua akademi dan satu sekolah tinggi, yaitu Akademi Perikanan (Aperik), Akademi Manajemen Informatika dan Komputer (Amik), dan Sekolah Tinggi Ilmu Perawat (Stiper). Juga ada Program Pascasarjana dengan Konsentrasi Manajemen Pendidikan Islam (MPdI) dan Konsentrasi Metodologi Istimbat Hukum Islam (MHI).

Tenaga pengajar IAII antara lain Prof. KH. Ali Yafie, Prof. Dr. KH. Sjeichul Hadi Permono, SH MA, Prof. Dr. Simanhadi Widyo Prakosa, Prof. Dr. Ridwan Nasir, MA, Prof. KH Abdul Halim Muhammad, SH, Dr. Ibrahim Bafadal, MA, HM Moerad baso, MBA, MSc, PhD, dan sejumlah nama lainnya. IAII dan Ma'had Aly sering mengadakan seminar dan sarasehan keislaman, dengan mengundang sejumlah cendikiawan dan birokrat dari Jakarta . Ma'had Aly dalam menjalankan program-programnya menjalin mitra kerja sama dengan lembaga lain. Antara lain Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat (P3M) Jakarta , LkiS Jogyakara, Lakpesdam NU, JIL Jakarta, dan ISIS Jakarta.

Perkampungan Pesantren

Pesantren Sukorejo yang menempati areal seluas 11,9 Ha merupakan perkampungan tersendiri. Pedukuhan Sukorejo hampir semuanya untuk area kegiatan pesantren. Lembaga pendidikan yang dikembangkan di pesantren ini mulai dari taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi. Bahkan bengkel, kebun, perumahan ustadz/dosen, puskesmas, dan pertokoan, menempati lahan pesantren. Mulai Madrasah Aliyah (kurikulum Depag) sampai SMA/SMK (kurikulum Diknas) menempati areal pesantren yang ditumbuhi nyiur yang rindang.

Selain itu, berbagai keterampilan seperti pertukangan, otomotif, pertanian, dan koperasi tumbuh pesat di kalangan para santri yang berdatangan dari berbagai daerah mulai dari Aceh sampai Papua. Seperti Taman Mini Indonesia Indah (TMII), semua suku hampir terwakili di sini, komentar seorang santri dari Jakarta . Bahkan menurut catatan pengurus pondok, siswa dari Singapura , Malaysia , dan Brunai Darussalam juga belajar di Salafiyah.

Berapa santri harus membayar biaya pendidikan di Pesantren Salafiyah? Biaya pendidikan di pesantren ini, dikenal dengan sebutan Uang Tahunan Pesantren (UTAP), yang dihitung selama setahun dan tergantung tingkat pendidikan. Utap berkisar antara Rp 120.000 sampai Rp 375.000 dan masih bisa diangsur. Namun pesantren ini juga memberikan beasiswa kepada anak yatim dan mereka yang tidak mampu. Pemberian beasiswa itu ditentukan oleh pengurus pondok, berdasarkan kriteria yang sudah diatur.

Fasilitas yang disediakan pesantren kepada para santri antara lain: bangunan asrama, listrik, air serta pendidikan yang dipilihnya. Di samping itu pendidikan non formal, seperti kajian-kajian kitab kuning dan beberapa kursus. Selebihnya, seperti mencuci dan pemenuhan kebutuhan sehari-hari dapat dilakukan santri sendiri atau melalui koperasi yang juga mengelola konsumsi para santri. Konon, koperasi pondok ini setiap tahun mendapat keuntungan Rp 350 juta.

Menjaga jarak

Walaupun Kiai As'ad telah tiada, toh banyak pejabat yang bertandang ke Pesantren Salafiyah. Dalam sebuah wisuda sarjana S1, Drs Mar'ie Muhammad (saat itu masih menjabat Menteri Keuangan) pernah memberikan ceramah ilmiah. Melihat sambutan spontanitas ribuan santri yang berkerumun dengan tetap bersikap santun. Mar'ie yang disertai pakar ekonomi Drs. Kwik Kian gie bertutur, Ini baru arus bawah, bukan rekayasa arus bawah.
Para Gubernur Jawa Timur dan Pangdam V/Brawijaya juga sering berkunjung ke pondok ini. Ini menunjukkan bahwa Pondok Sukorejo terbuka, kata KHR Achmad Fawaid. Menurutnya, tidak hanya tamu-tamu biasa seperti umumnya sering silaturrahim ke pondok, yang resmi seperti para pejabat dan jenderal pun datang meninjau ke pondok.

Pondok Sukorejo memang dekat dengan pejabat, namun tetap menjaga jarak. Karena itu bisa dipahami bila kemudian, setiap Pemilu pondok ini jadi œlangganan para petinggi parpol agar mendukung konsestan tertentu. Toh tak pernah berhasil. Mengapa? Kami akan meneruskan sikap Aba , bahwa seorang nahdliyin (warga NU) harus berpegang khittah ashliyyah yakni khittah 26 itu, ujar Kiai Fawaid. erserah mereka untuk memilih salah satu kontestan. Itu bukan tanggung jawab kami, lanjutnya.

Sikap netral Pondok Sukorejo itulah yang barangkali justru membuat respek baik œarus bawah maupun arus atas pada kiai dan pondok. Karena itu, bila ada pihak tertentu yang ingin silaturrahim, pengasuh pondok ini tetap menerimanya. Silakan tapi ingat jangan mengikat, kata kiai muda ini

Read more


DASAR DASAR TAUHID


”Tauhid menjadi dasar segala sesuatu. Termasuk ibadah kepada Allah, kepada orang tua, dan ibadah kepada guru! Mengapa disebut ibadah? Kenapa tidak! Melayani orang tua dan guru dapat berarti ibadah! Saya katakan niat seperti ini dinamakan ibadah!”
Demikianlah dawuh KHR. As’ad Syamsul Arifin tentang pentingnya tauhid dalam kehidupan sehari-hari. Memang, tingkah laku manusia dalam kehidupannya dipengaruhi oleh aspek-aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Jika sesorang memiliki nilai kapasitas yang seimbang dari ketiga aspek tersebut, maka secara teori ia dapat hidup harmoni dengan lingkungan dan dengan dirinya karena ia mampu mengamati dan merespon permasalahan secara benar dan proporsional.
Jadi pengetahuan tentang nilai akhlak itu sangat besar pengaruhnya dalam pembentukan kepribadian terutama bagi anak yang memiliki fitrah bawaan yang baik. Pengetahuan tentang nilai-nilai akhlak bisa disampaikan; (a) oleh orang tua di rumah, sejak dini, melalui dongeng sebelum tidur, kemudian melalui nasehat rutin, nasehat khusus sehubungan dengan event-event penting, misalnya ketika akan berangkat merantau, ketika dalam proses memilih jodoh, ketika memulai hidup rumah tangga, ketika menduduki suatu jabatan dan sebagainya,
(b) oleh guru sekolah, berupa pelajaran ilmu akhlak atau budi pekerti, meski pada umumnya lebih pada aspek kognitif, sedikit aspek afektif, tetapi disiplin sekolah, cukup besar pengaruhnya dalam diri si murid, sekurang-kurangnya masuk ke dalam alam bawah sadar, (c) oleh ulama atau orang bijak setiap usai shalat atau dalam pengajian, atau dalam pertemuan khusus, (d) oleh cendekiawan melalui forum diskusi, (e) melalui literatur yang terprogram, dan (f) bisa juga diperoleh dari peristiwa yang mengesankan hatinya yang kemudian dijadikan pelajaran.  sukorejo.com)

Perasaan Malu di Balik Rasa Bangga

Ketika saya menyaksikan warga Inggris dan orang-orang Barat lainnya demikian patuh dan disiplin menjalankan aturan yang juga menjadi nilai-nilai luhur universal seperti semangat keadilan, tidak melakukan hal-hal yang merugikan orang lain, berdisiplin tinggi, tidak egois, demikian teguh memegang prinsip kemanusiaan, perasaan ini seperti disayat-sayat menyaksikan betapa kita warga muslim jengah dengan dengan itu. Masyarakat Indonesia yang mayoritas Islam, mulai dari pemerintah, pejabat hingga masyarakatnya, justeru dengan senang hati melakukan pelanggaran-pelanggaran yang telah dengan tegas dilarang oleh agama dan Negara.
Korupsi yang sudah nyaris mustahil diberantas, kekerasan yang sudah menjadi kebiasaan dan seabrek perbuatan hina lainnya, adalah contoh betapa umat muslim di sini sedemikian parahnya. Perasaan ini tercabik-cabik.
Lebih khusus lagi saat saya kerap menyaksikan betapa semangatnya orang-prang non pesantren mempelajari agama, akhlak, sopan santun dan merebaknya upaya-upaya pendekatan diri kepada Tuhan, perasaan ini ini terasa semakin terluka.
Sebagai orang pesantren saya sangat merasakan betapa di zaman ini santri sudah banyak yang menyimpang. Mereka mondok di pesantren sudah tidak lagi memiliki niat yang tulus dan cita-cita yang tinggi untuk mempelajari agama secara mendalam. Mereka sudah lebih tertarik mempelajari ilmu-ilmu terapan yang memberikan janji-janji kebahagiaan duniawi semata.
Ini juga sudah lama dirasakan para pengasuh pondok pesantren yang lain. Mereka sering saling sambat ketika kami bertemu di sebuah majlis.
Mempelajari ilmu-ilmu computer sudah jauh lebih menarik dibanding mengaji kitab Sullam-Safinah. Kitab kuning, ilmu Al Quran, Tauhid, Fiqh, Tafsir dan
sejenisnya sudah sedemikian menakutkannya bagi mereka.
Terus terang saya sangat bangga menjadi seorang muslim, menjadi warga pesantren. Namun perasaan ini terluka menyaksikan fenomena belakangan.  sukorejo.com)

Read more


TOKOH SALAFIYAH SYAFI'IYAH SUKOREJO

10 Tokoh Pondok Pesantren Salafiyah Syafi'iyah ABAD INI

Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo Situbondo saat ini telah tercatat sebagai salah satu dari pesantren terbesar di tanah air. Pesantren yang didirikan oleh KHR. Syamsul Arifin pada tahun 1908 dari hanya sekedar pondokan di tengah hutan belantara kini menjelma sebagai pesantren berpengaruh dan terkemuka.

Dalam perjalanannya Pesantren Salafiyah Syafi’iyah tidak hanya berpengaruh kepada pengelolaan secara keilmuan belaka, eksistensi Pesantren Salafiyah Syafi’iyah juga berpengaruh terhadap perkembangan republik ini, dari memperjuangkan kemerdekaan sampai sumbangan ideologi terhadap kelangsungan pemerintahan dari masa ke masa. Dari sekedar pengajian sorogan kini berkembang hingga pendidikan Perguruan Tinggi, yang para alumninya banyak terserap di masyarakat dan elemen-elemen lemabaga pemerintahan, dari eksekutif, legislatif hingga yudikatif.

Kini lebih seabad sudah usia pesantren tercinta ini. usia yang cukup untuk menapaki sejarah. Namun selama seabad perjalanan tumbuh-kembangnya pesantren dengan tradisi salaf ini, tak banyak yang berpikir tentang siapa yang memiliki sumbangan besar terhadap bidang-bidang yang ada di pesantren ini. Siapa saja tokoh yang berpengaruh terhadap perkembangan pesantren ini.

Mengutip ucapan Bung Karno (Ir. Soekarno : Presiden Pertama RI) “JASMERAH (jangan sekali-kali melupakan sejarah)”. Ketika berbicara tentang sejarah tentu tak lepas dari peran para founding father dan tokoh-tokoh yang berpengaruh di dalamnya. Memang, sejarah bukanlah monopoli para tokoh, memahami dan memaknai sejarah tidak cukup hanya melihat melalui beberapa gelintir orang saja.

Sejarawan Vifredo Pareto pernah menyebut bahwa para tokohlah yang membentuk jejak sejarah. Dengan demikian, menguak jejak para tokoh yang berperan besar berarti juga menguak sejarah. Majalah Time dalam edisi ulang tahunnya yang ke-100 juga mengulas betapa pentingnya peran sang tokoh. Karena tokohlah, sejarah bergerak. Dan karena gerakan sejarah itulah, dunia kemudian berubah.

Atas dasar inilah beberapa teman-teman berdiskusi tentang 10 tokoh berpengaruh dalam perjalanan dan perkembangan Pondok Pesantren Salafiyah-Syafi’iyah. Dari hasil diskusi tersebut diperkuat dengan hasil interview sederhana dari beberapa informan. Diantara 10 tokoh tersebut antara lain :

1.         KHR. As’ad Syamsul Arifin. Sebernarnya hampir semua kemampuan beliau kuasai, dan hampir semua peran beliua geluti. Dari ilmu kanuragan sampai ilmu pertukangan, dari santri sampai kyai, dari rakyat sampai birokrat dan masih seabreg kepiawaian yang beliau miliki. Namun sumbangan besar bagi bangsa, masyarakat dan santri-santrinya tak luput dari peran kecanggihan politik beliau. Menyelamatkan NU dan kaum pesantren di tengah kegarangan rezim orde baru kala itu membutuhkan intelijensi politik serta keberanian yang tinggi. Dan beliau mampu menyuguhkannya dengan cantik, meski beliau tidak pernah berkecimpung secara langsung dalam kancah politik praktis. Untuk itu beliau menempati urutan teratas sebagai tokoh di bidang politik.

2.         KH. Dhofir MunawarAlim allamah yang satu ini adalah sosok yang sangat sederhana, namun beliaulah yang dipercaya oleh KHR. As’ad Syamsul Arifin sebagai tonggak keilmuan di Pesantren Salafiyah Syafi’iyah kala itu, khususnya di bidang ilmu keagamaan. Suami Ny. Hj. Zainiyah As’ad ini mengabdikan keilmuannya kepada seluruh santri, pagi, siang dan malam. Menjabat sebagai Mansya’ – sekarang menjadi wakil pengasuh bidang penddikan dan pengajaran – pada tahun 1974 sampai dengan 1983, sebuah peran penting yang tak sembarang orang bisa mendudukinya. Sehingga kepergian beliau membuat KHR. As’ad Syamsul Arifin merasa sangat kehilangan, seolah beliau merasa pesantren ini kehilangan ruhnya. Berkat jasa besarnyalah beliau dipilih sebagai tokoh di bidang ilmu keagamaan.

3.         KH. Thaha Zaini, barangkali beliaulah yang menjabat sebagai Lurah di pesantren ini dengan waktu paling lama yaitu dari tahun ……… sampai dengan tahun 1973. Kesabaran dan ketelatenan mengurus para santri tak diragukan lagi, setiap malam harus berpatroli mengontrol ke asrama-asrama dan membangunkan santri ketika subuh menjelang. Akibat ketelatenannya kepada santri inilah hingga beliau sempat tertahan untuk pulang dan mengembangkan pesantrennya sendiri. KHR. As’ad Syamsul Arifin tidak mengijinkan beliau menyerahkan jabatan lurahnya sampai menemukan ganti yang sepadan. Beliaulah Tokoh di bidang kepesantrenan abad ini.



4.         KH. Taufik Almawi, BA. Tak mudah rasanya menjaga keamanan pesantren dan menertibkan sekian banyak santri hanya dibantu dengan beberapa aparat. Namun bagi KH. Taufik Almawi, BA. yang menjabat sebagai lurah pondok pada periode 1965 sampai dengan 1974 tak mengalami banyak kesulitan. Melihat struktur pesantren kala itu, keamanan dan ketertiban pesantren juga menjadi tanggungjawabnya sebagai lurah pondok. Kearifan dan kesaktian beliau padukan dalam dirinya. Sikap yang arif dan sopan membuat para santri segan berurusan dengannya, kesaktian membuat orang takut berhadapan dengannya. Sosok teladan aparat penegak hukum yang sulit dijumpai inilah yang menjadikannnya sebagai Tokoh Pesantren di bidang Keamanan dan Ketertiban.



5.         Drs. KH. Syaifuddin Maksum. Pondok Pesantren ini terlahir dengan kondisi yang sangat salaf. Tak ada pendidikan formal apalagi pengetahuan umum. Hanya terdapat sekolah diniyah dan pengajian sorogan. Namun untuk menjawab tantangan zaman dan agar pesantren tidak tergerus olehnya, pendidikan pesantren harus menyetarakan dan mampu bersaing dengan pendidikan luar, caranya adalah memformalkan pendidikan agama dan membuka pendidikan umum. Atas ide dan prakarsa Drs. KH. Syaifuddin Maksum inilah pada awal tahun 1980-an pesantren ini memformalkan pendidikan agamanya dan membuka lembaga pendidikan umum dari tingkat SD, SMP, SMA dan SMEA. Atas sumbangsih besarnya beliau terpilih sebagai Tokoh Pesantren di bidang Pendidikan.



6.         KH. Zahrawi Moesa, SM. Hk. Tidak hanya sebagai asisten dan sekretaris pribadi KHR. As’ad Syamsul Arifin, peran beliau terhadap pesantren cukup besar, khususnya yang berhubungan dengan legal-formal yayasan pondok pesantren ini. Di masa beliaulah yayasan ini mendapatkan akte notaris. Bukan hanya itu, beliau juga sebagai konseptor bagaimana kebijakan-kebijakan yang terdapat di pesantren agar tidak bertentangan dengan hukum dan perundangan yang ada di atasnya, bahkan sedapat mungkin mendukungnya. Pada masa ini pula pesantren mulai mengenal struktur organisatoris dan tertib administratif layaknya lembaga/yayasan modern. Atas inisiatif inilah beliau terpilih sebagai Tokoh pesantren bidang Hukum & administrasi.



7.         Drs. HM. Ihsan Sholeh, M. PdI. Meski sempat menjabat sebagai kepala sekolah, dekan dan bahkan anggota legislatif, namun kemampuanynya di bidang ekonomi seakan mengalahkan kemampuan lainnya.  Bahkan beliau juga disebut-sebut sebagai Bapak Koperasi di pesantern ini, karena beliaulah salah satu dari pemrakarsa berdirinya Koperasi dan unit-unit usaha lainnya di Pondok Pesantren ini. Beliau menjabat sebagai ketua Koperasi Musaadah (KPM) menggantikan KH. Zahrawi Moesa, SM. Hk. pada periode 1991 - 1994, kemudian menjabat sebagai Kabid. Pengembangan Ekonomi Pesantren (PEP) – yang kemudian menjadi Badan Usaha Milik Pesantren (BUMP) dan saat ini menjadi Unit Usaha – pada tahun 1994 sampai dengan 2007. Atas pengabdian inilah beliau menempati Tokoh Pesantren di bidang Ekonomi



8.         Ny. Hj. Zainiyah As’ad. Beliaulah Kartini Salafiyah Syafi’iyah. hampir seluruh hidupnya beliau abdikan untuk para santri khususnya santri putri. Memberikan pengajian setiap hari, tanpa jenuh dan mengeluh. sebagai Tokoh Perempuan





9.         Drs. KH. Moh. Hasan Basri, Lc. Pengalaman menjabat sebagai DPR/MPR RI pada tahun …………… mengantarkan beliau mengetahui dan mengenal orang-orang besar di republik ini. Seolah sengaja dikader oleh KHR. As’ad Syamsul Arifin untuk menjadi seorang diplomat, Drs. KH. Moh. Hasan Basri, Lc. tumbuh dan penuh bakat memainkan peran bak diplomat sejati. Banyak negarawan dan tokoh nasional yang beliau akrabi, baik sipil maupun TNI. Mulai dari KODAM, KASAD, PANGAB, Bupati, Gubernur, Menteri bahkan Presiden. Tak sulit baginya jika pesantren ini memiliki acara dan hendak mendatangkan pejabat Negara sekelas menteri. Atas kemampuannya beliau menyandang sebagai Tokoh pesantren di bidang Diplomatik.



10.     KH. Dhofir Djazuli, BA. inilah satu-satunya tokoh yang tidak pernah menduduki jabatan strktural di pesantren ini. Beliau mengabdikan dirinya untuk pesantren melalui lembaga pendidikan dan pengajian. Seolah tak ingin absen seharipun menularkan keilmuannya kepada para santri, ia bahkan menyayanginya seperti anak sendiri. Sopan, alim dan sederhana sosok kyai yang satu ini. Beliaulah cerminan santri salaf seutuhnya. Tidak hanya shaleh ibadahnya, tapi juga shaleh sosialnya. Beliau juga dikenal pandai bergaul dengan siapapun,  bahkan dengan para pekerjanyapun beliau sangat terlihat akrab. Rasa sosialisme yang tinggi membawa beliau ditokohkan sebagai tokoh pesantren di bidang sosial.

Tanpa mengurangi rasa hormat dan jasa-jasa para tokoh lainnya, Inilah 10 tokoh abad ini yang senantiasa mengabdikan dirinya untuk memajukan dan memberi sumbangan besar  terhadap perjalanan Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah tercinta ini. Bukan sekedar menyajikan peran historis penting dari sang tokoh, melainkan juga untuk turut mempertajam pemahaman dan nilai-nilai kesejarahan yang diwariskan, menjadi teladan untuk hari ini dan esok.

Semoga semua amal pengabdian dan ketulus-ikhlasan beliau diterima oleh Allah SWT. Dan bagi kita sebagai kader dan penerus perjuangannya semoga diberi kekuatan dan kemampuan untuk menjalankan amantnya dan menjadikannya lebih baik. Masih banyak spesifikasi yang belum memiliki tokoh. 

1.       KHR. As’ad Syamsul Arifin sebagai Tokoh Politik

2.       KH. Dhofir Munawar sebagai Tokoh Ilmu Keagamaan

3.       KH. Thaha Zaini sebagai Tokoh Kepesantrenan

4.       KH. Taufik Almawi, BA. sebagai Tokoh Keamanan dan Ketertiban

5.       Drs. KH. Syaifuddin Maksum sebagai Tokoh Pendidikan

6.       KH. Zahrawi Moesa, SM. Hk. Sebagai Tokoh Hukum & Administrasi

7.       Drs. HM. Ihsan Sholeh sebagai Tokoh Ekonomi

8.       Ny. Hj. Zainiyah As’ad sebagai Tokoh Perempuan

9.       Drs. KH. Moh. Hasan Basri, Lc. sebagai Tokoh Diplomatik

10.     KH. Dhofir Djazuli, BA. sebagai tokoh Sosial

Read more


CARA MEMBUAT BLOG ( GRATIS )

Bagi para pemula yang memang belum mengetahui sama sekali bagaimana langkah-langkah yang garus di tempuh untuk memiliki sebuah blog, pada jumpa ini Blog Seo Tutorial akan memberikan sedikit informasi yang dapat dijadikan petunjuk dalam mendapatkan sebuah blog baik itu di Blogspot.com maupun Wordpress.com.
Artikel kali ini saya khususkan bagi sobat yang benar benar awam mengenai cara membuat blog gratis, jadi bagi sobat yang sudah memahami dan menguasai ilmu cara membuat blog abaikan saja artikel ini.

Sebenarnya ada banyak layanan yang menyediakan blog gratis, beberapa diantaranya :

- blogger.com
- wordpress.com
- blogdetik.com
- blog-roll.info
- wordblog.pl
- dll

Namun kali ini saya akan menerangkan bagaimana Cara membuat blog gratis secara cepat dan mudah. yaitu kita memakai layanan Blogspot di blogger.com

Langkah awal untuk membuat sebuah blog gratis adalah :

1. Anda diwajibkan memiliki sebuah alamat email, saran saya pakailah layanan gmail dari google. untuk membuat email dari layanan google tersebut anda bisa langsung menuju ke Gmail

2. Langkah selanjutnya bila anda telah memiliki sebuah email silahkan kunjungi Blogger.com untuk membuat sebuah blog gratisan dengan contoh url seperti ini http://namablog.blogspot.com, seperti gambar dibawah ini. 

3. Klik Daftar pada blogger.com, isilah data data tersebut dengan lengkap. pada kolom pertama masukkan email yang sudah anda buat tadi pada tahap awal. setelah semua data di isi centang tanda Saya menerima Persyaratan dan Layanan. lalu klik Lanjutkan.

4. Anda baru saya membuat akun di blogger.com, selanjutnya silahkan klik Tombol Buat blog, lalu isi Judul Blog, alamat blog, sesuai dengan keinginan anda, setelah semuanya benar lalu klik lanjutkan. silahkan pilih template standar yang sudah disediakan. dalam beberapa saat blog anda pun sudah jadi dengan judul dan url yang anda tentukan tadi.

 5. Tahap selanjutnya anda tinggal mengklik entri baru untuk membuat sebuah artikel, nah mudah bukan cara membuat blog gratisan. oiya jangan biasakan copy paste tanpa menyertai sumber artikel ya.
Baiklah semoga beberapa petunjuk diatas dapat bermanfaat, Dan silakan baca beberapa tutorial seputar dunia blog pada artikel yang ada di website ini....

Read more

TERJEMAHKAN BLOG

BERLANGGANAN

Enter your email address:

Delivered by FeedBurner

CATEGORY

Blog Archive

Web hosting for webmasters